Minggu, 06 September 2009

Ada Optimisme Dari Copa Florete


Oleh Ferdy Jalu

Bola kaki bersentuhan dengan psikososial masyarakat. Bola kaki membangkitkan optimisme masyarakat meraih kesuksesan. Optimisme melepaskannya dari keterasingan hidup dan masuk dalam jaringan sosial yang lebih luas. Terbuka ruang baginya memaksimalkan pengolahan potensinya meraih segudang prestasi.

Laga sepak bola Copa Florete merupakan dewa penyelamat yang membebaskan masyarakat Florete dari jerat keterasingan dalam pertarungan hidupnya di Ibu Kota. Terasing karena minimnya prestasi selain karena perbedaan suku, agama, watak, ras dan kelas sosial. Tetapi juga terasing Karena egonya enggan membangun kerja sama dengan yang lain, khususnya dengan sesamanya dari Florete. Setiap orang atau kelompok berjalan sesuai dengan aturan mainnya sendiri, menganggap dirinya yang terpenting dan tidak mengindahkan yang lain.

Copa Florete merupakan lonceng yang membangunkan masyarakat Florete dari “keterpurukan” hidupnya di Jakarta. Hidupnya yang selalu bergantung pada prestasi orang lain bukan dari prestasinya sendiri. Kalaupun ada orang Florete yang mengalami nasib baik itu hanya segelinitir orang tetapi untuk dirinya sendiri.

Kita berharap Copa Florete menguncupkan optimisme kita menuju prestasi yang selama ini jauh dari kita. Optimisme yang memotivasi masyarakat Florete berlari lebih kencang meraih sejumput prestasi dalam berbagai dimensi kehidupan, tidak hanya dalam bidang olah raga bola kaki.

Optimisme itu tampak ketika penjual kopi Florete menawarkan kopinya kepada pejabat, politikus, pengamat politik, pengacara, dosen, artis, wartawan, mahasiswa, pihak keamanan, dan masyarakat lainnya yang berjubelan di tirbun Rawa Mangun menyaksikan satu per satu laga anak-anak Florete yang disuguhkan di lapangan hijau. Penjual kopi merasa dirinya dihormati dan bahagia atas sambutan yang ramah dan santun dari pencicip kopi yang disuguhkannya. Respek dari mereka ibarat “kafein” yang menggairahkannya untuk terus menjual kopinya sehingga merasakan hari esok yang cerah.

Hal yang menarik dari penjual kopi ini adalah bahwa ia tidak gensi dengan status dan perannya menjual kopi di tengah kerumunan massa yang seasal dengannya. Gensi tidak berlaku dalam dunia usaha karena mendatangkan “kutukan.” Yang terpenting baginya adalah halal, memanfaatkan peluang, dan hidup di atas usaha sendiri (mandiri), bukan berparasit pada usaha orang lain.

Sementara itu dari lapangan hijau optimisme itu lahir ketika para pemain Copa Florete menunjukkan aksi-atraktifnya yang mengundang decak kagum kalayak. Decak kagum yang muncul secara spontan merupakan ungkapan pujian yang tulus terhadap kualitas permainan anak-anak Florete yang bisa dipersandingkan dengan pemain sekaliber yang berlaga di pentas nasional. Pujian itu merupakan spirit yang merangsang optimisme pemain memaksimalkan potensinya dalam mengolah si kulit bundar.

Pujian yang sama terlontar dari mereka yang profesional atau makan garam dalam dunia persepakbolaan tanah air yaitu pengamat dan wasit PSSI dan Liga Super Indonesia yang turut berpartisipasi dalam Copa Florete. Pujian mereka diukuti dengan pembuktian terbukanya jalan bagi para pemain Copa Florete mengikuti seleksi rekrut pemain tim sepak bola besar di tanah air.

Kendati tidak adanya pujian dari pihak lain masyarakat Florete tetap perlu mengaku dan mendukung performa para pemainnya. Sikap demikian merupakan hal penting membangkitkan optimisme demi kemajuan. Tanpa adanya sikap seperti itu maka kita tetap berjalan di tempat atau mungkin bergerak mundur. Pesimisme ini menuntun kita melihat diri kita sebagai yang tak berdaya. Itu artinya kita menolak “daya” yang ada dalam diri kita, termasuk daya pengakuan dan dukungan.

Daya itu ada dalam diri setiap insan, tinggal bagaimana manusia menghidupkannya. Daya itu ada dalam masyarakat Florete dan butuh upaya dari dirinya sendiri-tidak selalu dari orang lain-untuk mengeksplorasinya.

Copa Florete merupakan cara lain menghidupakan daya atau potensi yang dimiliki Florete. Cara yang melahirkan pengakuan dan dukungan terus menerus memompa potensi Florete. Cara ini lahir dari optimisme akan tampilnya Florete dalam laga nasional dan internasional.

Cara yang baik ini harus dilanjutkan. Kelanjutannya yaitu terselenggara rutinnya Copa Florete dan terlaksananya pembinaan lanjutan pemain Florete yang berpotensial, sehingga optimisme yang sedang berkobar tak kunjung padam bersamaan perginya Copa Florete tahun ini. Di sini sangat dibutuhkan dukungan banyak pihak. Peran pemerintah daerah dan pusat serta para petinggi Florete atau pihak yang memiliki keterikatan dengan Florete sangat dibuthkan dalam hal ini.

Bersamaan itu perlu diletakan system manajemen yang baik, manajemen berkelanjutan dan berwatak keakraban, ingin bekerja sama dengan siapa saja. Tetapi juga manajemen yang menjunjung tinggi spirit sportivitas; tidak korup secara finansial, tidak kolusi dalam permainan, dan tidak nepo dalam merekrut pemain (pilih siapa yang terdekat, bukan berbobot). Peletakan manajemen sportivitas merupakan kekuatan yang mampu memikat dan memantapkan kredibilitas siapa saja. Munculnya dukungan dan loyalitas setiap pihak terhadap pembinaan sepak bola Florete berangkat dari keterpikatan dan kredibilitas manajemen Copa Florete yang sportif.

Jadikan Copa Florete pendongkrak kebejatan moral. Prestasi KKN yang selama ini bermukim di tanah kelahiran sana tidak boleh tertular di sini. Jika prestasi kebecatan yang lama bersarang di sana mencoreng wajah Copa Florete maka Copa Florete bukan penyalur bakat dan pembangkit optimisme tetapi penyebar virus KKN. Dengan demikan kita tidak dijiwai optimisme tetapi keterasingan tetap menggerogoti diri kita. Prestasi pun terus pergi dari hadapan kita.

Ferdyjalu@yahoo.com or ferdyjalu@indonusa.net.id

Tak Mau Lekang


Oleh Ferdy Jalu

Inggris pasti berbangga karena bola kaki warisan leluhurnya disanjung dan digemari banyak insan di seantero jagat ini, tak terkecuali Flores plus Alor dan Lembata. Hingga di kampung-kampung di Florete hal yang satu ini sering dilakonkan bahkan menjadi tema pokok pembicaraan maniak bola tat kala mereka menikmati kopi pada pagi dan sore hari tentang aksi cantik Maradona, Krsitian Ronaldo, Leonel Meisi atau ikon bola kaki sejagat lainnya. Bahkan karena ketertarikannya terhadap bola kaki masyarakat menjelma sawah menjadi lapangan bola kaki. Sebagiannya menempatkan bola kaki sebagai salah satu kegiatan yang harus dilakukan dalam rangka memeriahkan hari raya keagamaan seperti paskah, HUT kemerdekaan RI, HARDIKNAS, dan media kampanye politik jelang pemilihan umum.

Tetapi bola kaki tidak membuat budaya masyarakat setempat tercerabut dari akarnya. Bola kaki boleh dipentaskan di lapangan hijau tapi tangan mereka tetap menabuh gong-gendang musik warisan leluhurnya, mulutnya melantunkan lagu ciptaannya, dan kaki mereka terhentak memperagakan tarian karyanya sendiri. Hal ini tidak boleh tidak mereka lakukan dalam banyak hal termasuk pada saat pertandingan bola kaki berlangsung. Bola kaki warisan Eropa bukannya penghalang dalam pelestarian budaya daerah mereka. Bola kaki merupakan mitra yang membantu masyarakat Florete dalam mengaktualisasikan atau mempromosikan kekayaan warisan leluhurnya.

Rawa Mangun, stadion sepak bola yang terletak di Ibu Kota Jakarta merupakan sebuah tempat yang memberikan kesaksian dipentaskannya budaya Florete bersamaan dengan aksi anak-anak Florete di lapangan hijau. Di sana terdengar lagu-lagu, diperagakan tarian, dan aksi tabuh gong-gendang berirama Jai, Dolo-Dolo bersamaan lantun musik Bale Nagi dari Flotim-Lembata, Gawi dari Ende, Gong Waning dari Sika dan lain sebagainya. Pementasan budaya yang bersifat intermezo itu menambah semaraknya suasana pertandingan sekaligus melahirkan nostalgia anak-anak Florete akan kampung halamannya.

Tampilnya budaya bernuansa Florete itu mengubah Rawa Mangun menjadi “Flores, Alor dan Lembata” ada di tengah Ibu Kota Jakarta yang hingar bingar dan megah. Putra-putri Florete merasa megah dan bangga bisa menghadirkan budayanya di tengah metropolitan Jakarta. Ini merupakan ciri manusia yang menjiwai budaya dan kacang yang tidak melupakan kulitnya, tidak melupakan tempat kelahirannya. Ternyata perantauannya di Jakarta sungguh untuk menghidupkan budayanya supaya dikenal oleh banyak orang dan ingin menyatakan budayanya tetap eksis kapan dan di mana saja, tidak lekang oleh kegemerlapan Jakarta dan tawaran modernis yang praktis dan menggiurkan. Florete boleh jauh di mata tetapi dekat di hati. “Cintaku terhadap Florete tetap utuh, tidak akan pudar selamanya.” Bae sonde bae Florete lebih baek.”

Kenyataan ini menjadi kekuatan untuk menampik berbagai sikap “arogansi diaspora” (kesombongan perantau) yang tidak peduli bahkan tidak kenal asal-usul akar budayanya, termasuk darahnya sendiri. Hal ini juga merupakan salah satu kekuatan untuk mempertahankan diri dalam menghadapi gempuran dan ekspansi budaya asing yang terkadang mengarahkan kita pada ketidakpengenalan identitas sebagai bangsa yang bermartabat. Inilah sikap dan cara yang tepat untuk mengusir berbagai pengklaiman atau pengadopsian budaya warisan leluhur kita oleh orang-orang asing. Kita tentu tidak membiarkan diri kita, budaya kita tercabik oleh kepentingan politik dan ekonomi orang lain. Budaya Florete terus dipertahankan dan dilestarikan kapan dan di mana saja. Bila perlu setelah laga sepak bola Copa Florete II berakhir kita lanjutkan dengan “Laga Budaya Florete”, why not?

Ferdyjalu@yahoo.com/Ferdyjalu@indonusa.net.id

PSN Ngada dan Persami Sikka “Juara Bersama” di Copa Florete II

Komjen (Pol) Gorries Mere beri sambutan pada penutupan Copa Florete II di stadion Rawamangun Jakarta pada Sabtu (5/9) didamping oleh Ketua Panitia Copa Florete II Marcelinus Ado Wawo, SH (tengah) dan tokoh muda Flores di Jakarta yang juga caleg terpilih DPR-RI dari PDIP Andi Gani Nena Wea (duduk).

Berita Copa - Turnamen sepak bola Copa Florete II yang diselenggarakan Persatuan Masyarakat Flores (PMF) Jakarta berakhir Sabtu (5/9). Namun laga final antara juara bertahan PSN Jakarta (Ngada) dan Persami Sikka berakhir "diskualifikasi" karena panitia memutuskan tidak melanjutkan pertandingan akibat kericuhan hebat.

Ketua Panitia Copa Florete II, Marcelinus Ado Wawo, SH, sekaligus penggagas turnamen ini, mengatakan Panitia memutuskan kedua tim menjadi Juara Bersama dan meniadakan kategori Pemain Terbaik dan Top Scorer.

Panitia belum memutuskan apakah Persab Alor yang menjadi Juara 3 dan Persena Nagekeo sebagai Juara 4 otomatis bergeser menjadi Juara 2 dan Juara 3.

Mengacu pada peraturan sepak bola FIFA, laga yang dihentikan akibat kericuhan dinyatakan diskualifikasi, namun panitia sebuah turnamen sepak bola mempunyai hak untuk menyatakan kedua tim sebagai Pemenang Bersama.

Dalam sejarah PON Indonesia pernah terjadi kejadian serupa ketika Jawa Timur dan Papua harus berbagi emas karena kedua tim dinyatakan sebagai Juara Bersama pada PON XVI tahun 2004 di Palembang. Saat itu, Panitia PON pun memutuskan tim di posisi tiga dan empat bergeser menjadi Juara 2 dan Juara 3.

Tetapi jika mengacu pada Peraturan Sepak Bola FIFA maka Persab Alor tampil menjadi Juara Copa Florete II dan Persena Nagekeo adalah runner-up.

Laga final Copa Florete II itu dihadiri hampir 15 ribu warga Flores, Alor dan Lembata (Floresalem) se Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) dan Serang. Sebagian warga Floresalem juga datang dari kota Bandung dan Yogyakarta.

Suasana di stadion Rawamangun Jakarta begitu meriah oleh iringan musik organ tunggal, live music band reggae putra-putra Flores di Jakarta, dan artis dangdut yang disumbangkan mantan menteri Yacob Nuwa Wea.

“Saya kagum dengan Copa Florete karena suasananya persis sama dengan apa yang saya alami di Negara-negara Amerika Selatan. Saya pernah nonton bola di Lima, Peru, Venezuela yang meriah dengan pentasan musik, nyayian dan tari-tarian,” kata Komjen (Pol) Gorries Mere, ketua pelaksana harian Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam sambutan sebelum secara resmi menutup Copa Florete II.

Marcelinus mengatakan pihaknya juga telah terlibat pembicaraan dengan tokoh muda asal Flores yang juga caleg DPR-RI terpilih dari PDIP Andi Gani Nena Wea, SH untuk menyeleksi sekitar 20 pemain terbaik dari ajang Copa masuk Divisi I atau Liga Super.

“Panitia tetap berkomitmen menggelar Copa Florete III dua tahun mendatang dan tetap memperhatikan dua aspek penting yakni membangun karakter positif dan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) di Copa Florete ini,” tandanya.

Senin, 24 Agustus 2009

Copa Florete Masuk Babak Semi Final

Foto Tim Persami Sikka - oleh Styadi Pamungkas

Empat tim yang masuk adalah Persab Alor, Persami Sikka, Persena Nagekeo dan PSN Ngada

Berita Copa – Babak penyisihan turnamen sepak bola Copa Florete II berakhir Minggu (23/8). Dari 10 tim yang berpartisipasi, empat tim dari empat kabupaten masuk ke babak semifinal. Keempat tim tersebut adalah Persab Alor, Persami Sikka, Persena Nagekeo dan PSN Ngada

Persab Alor dan Persena Nagekeo wakil dari pool B ke semi final sementara Persami Sikka dan PSN Ngada mewakili pool A.

Pertandingan semifinal akan diadakan pada Sabtu (29/8) di Stadion Gelora Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur.

Pada pertandingan pertama yang dimulai pada pukul 14.00 WIB, PSN Ngada yang menjadi juara pool A berhadapan dengan Persab Alor yang menjadi runner-up pool B dan di pertandingan kedua, Persena Nagekeo sebagai juara pool B akan melawan runner-up pool A Persami Sikka.

Pertandingan final dijadwalkan pada 5 September, Sabtu minggu depan.

Kepada para pemenang akan diberikan hadiah-hadiah sebagai berikut: Juara I: Piala Bergilir, Piala Tetap dan uang sebesar Rp 30 juta; Juara II: Piala Tetap dan uang senilai Rp 20 juta; Juara III: Piala Tetap dan uang 10 juta. Hadiah untuk Pemain Terbaik dan Top Scorer masing-masing sebesar Rp 5 juta.

Event sepak bola yang bernuansa kedaerahan ini diselenggarakan atas kerja sama dengan Kementerian Negara Kepemudaan dan Olahraga Republik Indonesia dan didukung Badan Narkotika Nasional (BNN).

Jumat, 21 Agustus 2009

Laga Penentu yang Menegangkan


PSN Ngada dan Persim Manggarai berebut tiket ke semifinal

Oleh: Hans Obor dan Atan Lape

Berita Copa - Tiga tim tangguh di pool A akhirnya sukses menampilkan prestasi terbaik di babak penyisihan turnamen sepak bola Copa Florete II Jakarta tahun ini. Setelah menyisihkan dua tim lemah lainnya yakni PS Maritim Manggarai Timur dan Perseftim Flores Timur, dua dari tiga tim tangguh - PSN Ngada dan Persim Manggarai - terpaksa berebut satu tiket ke semifinal Sabtu ini. Persami Sikka telah lebih dulu mengambil satu tiket setelah mengalahkan PS Maritim dengan skor 2-0 hari Minggu lalu, memimpin klasemen sementara dengan 8 poin.

Jika juara bertahan PSN Ngada saat ini mengumpulkan 5 poin, Persim Manggarai telah mengantongi 7 poin. PSN memetik poin penuh (3) saat mengalahkan Perseftim di laga pembukaan dengan skor telak 6-1 namun hanya bisa bermain imbang pada laga melawan PS Maritim dan Persami Sikka.

Awal yang manis ternyata berbuah pahit karena tim Ngada tampak bermain over confident (terlalu percaya diri) saat menjamu PS Maritim yang tampil gagah dan penuh disiplin, terutama barisan belakang. Kesempatan emas yang diraih yakni eksekusi pinalti ke gawang PS Maritim juga gagal dilakukan sang kapten PSN Ngada Bernard.

Bagi PS Maritim, laga perdana melawan PSN Ngada menjadi penampilan terbaik mereka. Setidaknya mereka bangga bisa meredam ambisi PSN dan membuat tawar emosi para fans PSN yang menginginkan PS Maritim jadi korban jilid dua setelah Perseftim.

Di tribun, emosi penonton pun dibakar ketika salah satu ofisial PSN mengumbar serangan hancurkan PS Maritim sebelum laga dimulai. “Jika tiga tim Manggarai berjaya di Eltari Cup, tidak akan terjadi di sini. PSN Ngada akan menghancurkan tim Manggarai di Copa Florete II ini,” demikian dia mengumpat menggunakan mike.

Laga berikut PSN Ngada vs Persami Sikka bak laga final. Jumlah penonton terbanyak selama ajang penyisihan dan situasi yang jauh lebih memanas dibanding laga lainnya. Iringan “Go ne Laba” di tribun dari supporter PSN membuat laga PSN vs Persami lebih meriah. Supporter Sikka pun berjubel di tribun bagian timur dihibur oleh orasi-orasi bernada humor namun membangkitkan semangat yang dimotori sekelompok geng anak muda Sikka.

Di laga itu, PSN gagal lagi karena hanya bermain imbang 1-1. Kesempatan emas eksekusi pinalti juga gagal dilakukan oleh gelandang PSN Ordinho Beileza.

Dua kali “kemenangan di depan mata” disia-siakan PSN atau bisa juga signal Dewi Fortuna tidak merelakan si Juara Bertahan tetap menggenggam piala kali ini. Pelatih PSN Frans Watu pun mungkin bingung dan tidak punya jawaban karena anak-anak asuhnya paling oke melakukan shooting keras jarak jauh dan dekat, pemandangan yang jarang dipertontonkan tim lain.

Sebaliknya Persim Manggarai menunjukkan grafik meningkat bagi penampilan mereka. Di laga pembuka melawan Persami, tim ini bermain draw dan mengalami sedikit tekanan pasca laga berakhir karena terlibat cecok dengan pemain Sikka.

Di laga kedua Persim mengalahkan PS Maritim dengan skor 3-1 dan membungkam Perseftim dengan skor 4-2.

Apa yang akan terjadi di laga sore ini antara Persim dan PSN? Susah untuk menakarnya, satu-satunya laga penentu yang menegangkan. PSN wajib menang demi tiket kedua ke semifinal. Hasil draw otomatis kemenangan bagi Persim.

Viva Copa Florete!

Factor Lucky Warnai Laga di Pool B


Semua tim masih berpeluang raih tiket ke semifinal

Oleh: Hans Obor dan Atan Lape

Berita Copa - Hingga memasuki putaran terakhir babak penyisihan, belum satupun tim di pool B yang memastikan diri masuk babak semifinal. Tidak seperti profile tim-tim di pool A yang jomblang kekuatan satu dan lainnya, tim di pool B memiliki kekuatan yang boleh dibilang merata.

Perang strategi akhirnya menyedot lebih banyak energi bagi para pelatih di pool B. Tapi sayang, strategi selalu menjadi sia-sia lantaran tidak membuahkan hasil apa-apa. Dari 8 laga yang telah dilalui, empat laga berakhir draw.

Laga pembuka yang mempertemukan Persebata Lembata dan Perse Ende, genangan air di daerah gawang menyelamatkan tim Ende Sare dari kekalahan. Satu-satu peluang gol di depan mata bagi tim Lembata yang saat itu sulit sekali menembus pertahanan belakang Ende di bawah komando bung Mokhtar itu sirna.

Laga kedua tim ini akhirnya berakhir imbang tanpa gol. Kondisi lapangan yang becek oleh hujan membuat kedua tim sulit melakukan shooting jarak jauh, sebagaimana dipertontonkan tim PSN Ngada ketika melumat Perseftim Flores Timur dengan skor 6-1 pada hari pembuka itu.

Di laga yang lain, pelatih Persena Nagekeo Julius JR frustrasi karena anak-anak asuhnya gagal memenangkan laga melawan Persab Alor padahal peluang gol begitu banyak tercipta. “Pemain saya sudah bermain maksimal dengan menampilkan performance terbaik mereka, hanya factor belum lucky aja,” ujar Julius kepada Redaksi Berita Copa.

“Saya prediksikan permainan bakal berjalan ketat saat melawan Nagekeo. Saya tidak buat target karena factor lucky akan menentukan kemenangan selain perang strategi dari pelatih,” demikian pelatih Persambar Manggarai Barat Versie Ratu menjawab pertanyaan Redaksi Berita Copa saat kedua tim akan bertanding yang juga berakhir imbang itu.

Tim Komodo ini lagi-lagi tidak beruntung saat menjamu Persab Alor pada hari Minggu lalu. Gol tercepat ditoreh anak-anak Persambar saat menjebol gawang Alor pada menit pertama pertandingan. Seluruh penonton di tribun dibuat terperangah karena setengah percaya pada fenomena gol itu. Semua yakin anak-anak Komodo bakal menambah gol dan memenangkan laga itu karena menampilkan serangan ala komodo saat memangsa di tengah teriknya matahari.

Namun sayang, sekejap kapten Persab Alor tanpa ekspresi balas menjebol gawang Persambar hanya dengan sepakan menusuk yang menjadi tendangan khasnya untuk bola-bola mati. Pelatih Alor Agustinus pun tidak ekspresif seakan menyampaikan pesan bahwa Alor yang lebih dulu tahu bermain bola karena lebih dulu melihat matahari.

Asisten Manajer Persebata Lembata Alexander Atawala mengancam mengalahkan Persena Nagekeo di laga terakhir babak penyisihan sore ini. “Kami masih ada peluang masuk ke semifinal dan yakin menang dengan lebih dari satu gol,” ujarnya. Menurutnya, Nagekeo tidak jauh beda dari Ende yang menang lebih karena faktor lucky.

“Ende dan Mabar lebih kuat leu-leu (guna-guna), anak-anak saya saat mau bikin gol, eh, lihat gawangnya udah pindah..!” Alex nyeletup bercanda.

Jika Nagekeo dan Ende menang pada laga terakhir maka kedua tim ini yang berhak ke babak semifinal. Jika keduanya gagal maka Alor pasti satu tiket dan tiket yang lainnya diperebutkan Lembata dan Manggarai Barat. Selisih gol akan menentukan bagi kedua tim ini untuk tampil sebagai runner-up dari pool B.

Idealnya, dua laga terakhir di pool B harus dilakukan bersamaan di dua lapangan yang berbeda untuk menghindari rekayasa atau laga “main mata” yang sangat mungkin terjadi.

Bravo Copa Florete! Junjung Tinggi Sportifitas!
Copa Florete untuk Kebersamaan Kita.

Antonius Stephen: Advocat Muda Jadi Pelatih Perseftim Jakarta Seumur Jagung


Berita Copa - Perseftim Jakarta di Copa Florete memang beda dengan Perseftim di Eltari Cup. Ada kesamaan dari keduanya tapi banyak yang menarik di balik penampilan Perseftim Jakarta di Copa Florete.

Salah satu paling menarik adalah penampilan pelatih bung Stephen yang bergaya Mourinho itu. Masih segar di ingatan seluruh penonton di partai pembukaan antara Perseftim dan PSN Ngada kala itu.

Jas panjang hitam dan sepatu hitam yang dikenakan sang pelatih ternyata tidak kalah menarik perhatian dibanding pertandingan bola itu sendiri.

Banyak penonton tetap tersenyum dan kagum meski Perseftim dilumat 1-6 karena kubu Perseftim tidak hanya turut berpartisipasi dalam pertandingan tetapi juga menghadirkan unsur eksotik lain dari sebuah turnamen sepak bola.

Itulah bung Stephen, si advocat muda yang berhasil menghiasi rubrik Berita Copa selama ini karena penampilan fenomenalnya.

Tokoh muda dari Flotim ini berani tampil menjadi sosok kontroversi di kalangannya dan siap menerima konsekuensi apapun termasuk dipecat dari posisi pelatih, membuatnya hanya pelatih seumur jagung dalam sejarah Copa Florete Jakarta.

Tidak ditemukan lagi gas khas “Mourinho” pada pertandingan-pertandingan Perseftim selanjutnya dan tidak ada jawaban pasti atas semua ini, kontroversi pemecatan sebagai pelatih.

Tap lewat lagu Bale Nagi yang dinyanyikan ìMourinhoî dengan syahdu maka kita dapat menebak dengan cara kita sendiri-sendiri.

Kalah menang bukan persoalan yang penting rasa kebersamaan sesama orang Flores, Alor dan Lembata (Floresalem).

“Selamat tinggal Perseftim Jakarta, selamat tinggal sang “Mourinho” sampe ketemu di pengadilan...!!”

Jumat, 07 Agustus 2009

Manggarai, Kampium Baru Sepak Bola Flores dan NTT


Berita Copa - Hari-hari ini kalangan pecinta bola Floresalem dan masyarakat Flores juga NTT pada umumnya cukup hangat memperbincangkan prestasi anak-anak Manggarai di ajang sepak bola. Tiga tim dari tiga kabupaten Manggarai baru-baru ini meraih sukses di Eltari Cup karena berhasil menyabet juara runner-up, juara tiga dan juara empat sekaligus.

Banyak yang bertanya “mengapa Manggarai yang dulu (masih satu Manggarai) kurang berprestasi di sepak bola?” Akan ada banyak jawaban karena banyak sudut pandang. Wilayah yang terlalu luas dan terbatasnya anggaran bisa jadi alas an karena pemda Manggarai di waktu lalu hanya menjaring pemain-pemain bola di Kota Ruteng dan sekitarnya.

Justru setelah dibagi ke dalam tiga wilayah, tiga Manggarai memiliki kekuatan hebat di sepak bola. Siapa yang menyangka sebelumnya tiga Manggarai ini menguasai laga di babak semifinal Eltari Cup? Luar biasa prestasi mereka karena berhasil menyisihkan PSN Ngada dan PSK Kupang, si langganan juara di Eltari Cup.

Sumber Berita Copa dari Bajawa menggambarkan betapa tiga tim Manggarai ini menjadi buah bibir di ajang Eltari Cup. “Yang menonjol dari tim-tim Manggarai adalah menerapkan permainan yang disiplin terutama di barisan belakang,” ungkap sumber itu.

Kedisiplinan dalam bermain bola adalah modal paling utama disamping skill individu, kerja sama lini per lini, dan pola yang diterapkan. Jika kesuksesan anak-anak Manggarai di Eltari Cup berkat prinsip disiplin itu maka bukan tidak mungkin Manggarai akan menoreh sukses-sukses berikutnya yang kemudian menggeserkan predikat ìKampium Sepak Bola Flores dan NTT dari Ngada ke Manggarai.

Sumber tadi mengatakan PS Maritim Manggarai Timur gagal di partai final saat melawan Perseftim Flores Timur lebih karena faktor penampilan anti klimaks anak-anak Maritim. Di final, Perseftim menang dengan skor 2-1.

Terinspirasi

Sukses anak-anak Maritim di Eltari Cup terbukti menjadi inspirasi bagi anak-anak Maritim di Copa Florete Jakarta. Mereka tidak hanya bisa mengimbangi permainan PSN Ngada pada Sabtu (2/8) tetapi bermain dengan irama yang lebih baik jika tidak untuk mengatakan menguasai atau mendikte PSN Ngada.

Pertahanan belakang PS Maritim begitu disiplin sementara barisan gelandang dan penyerangnya rajin melakukan tekanan ke pertahanan PSN Ngada. Meski postur lebih kecil, anak-anak Maritim punya nyali melakukan duel-duel keras bahkan mencederai si kapten dan penyerang tangguh PSN Ngada. Hans Obor

Tarian KATAGA Sumba dan Tarian SANDA LELANG Manggarai


Berita Copa - Tarian Kataga seperti yang disaksikan pada acara Pembukaan Copa Florete II pada Sabtu lalu adalah tarian perang asal Sumba. Menurut Jhon Robert Sairo, Ketua Sanggar Ikatan Masyarakat Sumba (IKBS) Jakarta, tarian kataga dipentaskan untuk menyambut kemenangan dalam perang.

Di Sumba, perang terjadi di tempat terbuka yakni di padang dengan menunggang kuda. Kataga artinya melompat (ke punggung kuda). Sementara itu, ibu Elfrida Mali bersama satu rekannya pada bagian tertentu tarian memekikkan suitan panjang yang dikenal sebagai pakalaka. Pakalaka bertujuan untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam perang.

Di Manggarai juga terkenal tarian perang bernama Sanda Lelang. Domi Darus, pemimpin tarian Sanda di pentas pembukaan Copa Florete II Sabtu lalu juga menandaskan tarian Sanda adalah awal untuk mengajak orang berperang.

Sanda Lelang, katanya, masih sangat actual saat ini karena Manggarai belum bebas dari perang tanding antar kampung untuk merebut tanah adat (hak ulayat). Tentu masih segar di ingatan kita kasus perebutan lingko (hak ulayat) di Cancar, kampung Dalo dan perang antara kampung Dimpong dan Nggawut di Manggarai Barat.

“Perang tanding ini menjadi keprihatinkan kami generasi muda asal Manggarai karena praktis orang Manggarai telah meninggalkan budaya Lonto Leok yang menjadi media bagi kearifan local,” ujar Domi.

Lonto Leok adalah media untuk menyelesaikan semua masalah adat, tanah. Lonto artinya duduk, leok artinya bersilah. Jadi lonto leok artinya duduk bersilah.

Dalam lonto leok, jelas Domi, ada kebersamaan dan kesamaan derajat dalam menyelesaikan masalah. Jika gagal maka pihak yang bersengketa akan menempuh pengadilan formal. Dan jika gagal lagi, maka pecahlah perang tanding.

Perang ini diawali dengan tarian sanda lelang, warga satu kampung berbaris menuju satu titik yang menjadi medan perang. Perang ini dilakukan secara fair karena kedua pihak yang berperang menentukan hari ha-nya. Biasanya pihak yang kalah tidak lagi datang ke TKP pada hari berikutnya. Hans Obor

Gradios Nyoman Rae: Copa Florete Menciptakan Banyak Orang Fanatisme pada Bola


“Sebagai salah satu tokoh Flores saya patut memberi apresiasi bagi orang yang punya gagasan menggelar Copa Florete di Jakarta ini,” demikian Nyoman memulai pembicaraan dengan Redaksi Berita Copa belum lama ini. Dia mengatakan ajang ini tidak hanya dilihat dari perspektif olahraga saja tapi juga menjadi ajang pemersatu warga Floresalem di Jakarta dan sekitarnya.

Lebih dari itu Nyoman berharap ajang Copa Florete menjadi momentum untuk menghasilkan pemain-pemain berbakat dan professional untuk berkiprah di tingkat nasional.

"Kita bisa lihat potensi putra-putra Flores, Alor dan Lembata di Copa Florete. Jika ingin membangun dunia bangun dulu diri sendiri," demikian Nyoman menggugah warga Floresalem dan NTT untuk memberi perhatian serius pada prestasi bola putra-putra NTT.

Di ajang Nasional, NTT cukup tertinggal sangat jauh karena belum pernah masuk liga. “Kontribusi daerah secara individual bisa beri kontribusi besar buat propinsi. Karenanya propinsi harus melihat Copa Florete sebagai ajang mencari bibit,” papar Nyoman.

Flores (termasuk di dalamnya Alor dan Lembata), kata Nyoman, bisa menjadi Brasil kedua karena mempunyai sumber daya pemain yang banyak yang bisa memasok ke daerah lain di masa yang akan datang.

“Jika ingin seperti Brasil, maka jadikan bola adalah budaya dan mau hidup dari bola,” tandas Nyoman. Hingga hari ini putra-putra Floresalem dan NTT masih melihat bola sebagai olahraga murni, hanya sampingan, yang utama adalah menjadi guru, pastor, atau pegawai.

Nyoman berharap Copa Florete bisa menjadi ajang menciptakan generasi NTT yang fanatik dengan bola dan butuh banyak orang sukses di bola untuk menarik animo generasi selanjutnya.

“Senior yang sukses akan membuat generasi di bawahnya yakin bola bisa menghidupkan. Sehingga panggilan menjadi pemain bola menjadi daya tarik lain selain panggilan menjadi pastor dan guru yang diagungkan sejak dulu hingga saat ini,” ujarnya.

Nyoman juga mengaku hobby bermain bola. Tapi dia lebih tertarik dengan hukum dan kepengecaraan yang menjadi profesinya saat ini karena hukum juga berkorelasi dengan askep kehidupan yang lain.

“Pengacara adalah pihak yang memperjuangkan kebenaran dan keadilan secara hakiki,” ujar Nyoman. Dia menandaskan produk hukum adalah produk politik, tetapi ketika menjadi sebuah undang-undang hukum harus diterapkan secara konsisten. “Jadilah seorang hukum yang tidak berpolitik, harus konsisten dan memiliki moral dalam pelaksanaan hukum itu sendiri,” papar Nyoman.

Popularitas Nyoman booming di Jakarta dan nasional ketika menangani kasus si raja jegal (pembunuh secara sporadis) dari Jombang, Ryan dan kasus Edo Cs saat ini. Dia juga pernah menangani kasus Zarima, penculikan artis Raisha, KPK dan Depnaker. Hans Obor


Biodata:

Nama: Gradios Nyoman Rae

Lahir: Ende, 15 Juli 1973

Pendidikan Terakhir: Magister Hukum (MH)

Pekerjaan: Advocat/Pengacara

Kantor: Law Firm NDF Nyoman R Partners

Organisasi: IKADIN (Ikatan Bid Pendidikan & Pembinaan Jawa Barat).

Alamat Kantor: Dwima Plaza, 6th Floor, Jln Jend. Ahmad Yani Kav 67 Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat 10510. Telp. (62-21) 71241768, Fax. 4252604

PMF Jakarta Gelar Turnamen Copa Florete II 2009


Jakarta, NTT Online – Persekutuan Masyarakat Flores (PMF) Jabodetabek dan Serang pada Sabtu, 25 Juli 2009 kembali menggelar turnamen sepak bola “Copa Florete II” di Stadion Gelora Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur.

Turnamen untuk merebut piala bergilir Mennegpora ini dibuka oleh Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Polisi Gorries Mere. Turnamen dijadwalkan berakhir pada 5 September 2009.
Acara pembukaan turnamen kedua tahun ini, jauh lebih meriah dibanding Copa Florete I tahun 2007 karena dihadiri oleh sekitar 3000 penonton yang memadati stadion utama dan tribun.

Ketua Panitia Copa Florete II Marsellinus Ado Wawo, SH, menandaskan tema kegiatan kali ini adalah “Mengukir Prestasi Dalam Bingkai Persaudaraan Sejati”. Sebelumnya, panitia mengusung tema “Flores Florete Date Odorem! (Flores Pulau Bunga Sebarkan Harummu) di Copa Florete I.

“Kegiatan turnamen ini selain merupakan ajang meningkatkan prestasi juga menjadi momentum tepat bagi masyarakat Flores, Alor dan Lembata untuk berkumpul. Ini juga momentum memberikan masukan, aspirasi, menyempurnakan apa yang kita telah laksanakan untuk wewujudkan masyarakat bebas narkoba,” kata Gorries dalam sambutannya.

Dia mengatakan olahraga adalah wadah paling tepat untuk gulirkan kampanye “Perang Pada Narkoba”. “Saya ngin datang ke Copa Florete dan ingin bicara narkoba karena meski BNN sudah berdiri, penyalahgunaan narkoba di Indonesia terus meningkat,” ujar Gorries, sambil menambahkan jumlah korban penyalahgunaan narkoba saat ini mencapai sekitar 3,7 juta orang.

Gorries menandaskan BNN terus bekerjakeras untuk mewujudkan visi “Indonesia Bebas Narkoba” pada 2015.

Sementara itu, Brigjen Polisi Purnawirawan Anton Tifaona, Ketua Panitia Pengarah Turnamen Copa Florete II, mengatakan sepak bola adalah media pemersatu apalagi banyak orang Flores, Alor dan Lembata telah kehilangan identitasnya.

“Melalui sepak bola kita lebih pererat persatuan ke depan. Bola hanya alat, masih ada pekerjaan berat ke depan,” kata Anton, sambil menekankan pentingnya membangun sportivitas, persahabatan dan persaudaraan selama ajang Copa Florete II.

Pada acara pembukaan juga dipentaskan tarian Hegong dari Sikka, tarian Kataga dari Sumba, tarian Veko Genda dari Ende dan tarian Sanda dari Manggarai.

Turnamen ini diikuti 10 tim yang merupakan representasi dari 10 kabupaten di Flores, Alor dan Lembata (Floresalem).

Ke-10 tim itu adalah Persap Alor, Persebata Lembata, Perseftim Flores Timur, Persami Sikka, Perse Ende, Persena Nagekeo, PSN Ngada, PS Maritim Manggarai Timur, Persim Manggarai, Persemabar Manggarai Barat.

Kepada para pemenang akan diberikan hadiah-hadiah sebagai berikut: Juara I: Piala Bergilir, Piala Tetap dan uang sebesar Rp 30 juta; Juara II: Piala Tetap dan uang senilai Rp 20 juta; Juara III: Piala Tetap dan uang 10 juta. Hadiah untuk Pemain Terbaik dan Top Scorer masing-masing sebesar Rp 5 juta.

Event sepak bola yang bernuansa kedaerahan ini juga diselenggarakan atas kerja sama dengan Negara Kepemudaan dan Olahraga Republik Indonesia.

Kemeriahan dalam acara pembukaan menyambut Copa Florete II berhasil diciptakan oleh gagahnya penampilan seorang master of ceremony (MC) John Billy.

Begitu mempesona, suara lantang MC yang menggelegar, rangkaian kata pembuka yang begitu inovatif dan konstruktif menghanyutkan alam pikir seluruh warga Flores, Alor dan Lembata di stadion dan tribun ke dalam sebuah memori indah kampung halaman… sesaat, kampung dan cerita kehidupannya seolah-olah hadir ketika ribuan warga Flores, Alor dan Lembata berkumpul di stadion Rawamangun.

“Berbagai perasaan bercampur menjadi satu. Kaget, terharu, menangis, senang, dan sampai pada makian khas orang Flores, Alor dan Lembata karena setelah sekian belasan tahun, bahkan puluhan tahun, dua saudara, sahabat, teman sekampung, teman sekolah bertemu kembali untuk pertama kali,” papar John Billy dalam pengantarnya.

Berpegang pada semboyan Olimpiade – Altius, Fortius dan Citius (lebih tinggi, lebih kuat dan lebih cepat) – John mengajak semua tim untuk bertanding di Copa Florete II, menjadi yang terbaik dan berusaha untuk selalu berada di depan.

Keharuman Flores Pulau Bunga kini telah menjangkau jauh menyeberang laut Sawu, menapakkan kakinya di tanah stepa dan sabana, menyapa putra-putri Sandelwood penuh kasih. Mungkinkan ia juga mampir ke pulau batu karang yang semerbak wewangi dengan aroma cendana dan gaharunya dan mengajak kita semua pada Copa Flobamora?

Isu ketertiban penonton juga menjadi perhatian serius panitia. Ketua tim keamanan Freddy Teda (Kopasus) menghimbau seluruh pecinta bola Floresalem untuk turut memperlancar perhelatan ini. “Bola tidak ada unsur politik di dalamnya jadi mari kita ciptakan kerukunan agar seluruh warga Flores, Alor dan Lembata bisa memperoleh penghiburan di ajang Copa Florete,” tandasnya.

Freddy mengatakan pihaknya telah mengerahkan sekitar 50 anggota militer dan kepolisian, seluruhnya asal Flores, Alor dan Lembata, yang berasal dari berbagai korps di wilayah Jabodetabek dan Serang. “Flores, Alor dan Lembata adalah Indonesia Mini, bagian penting dari Indonesia karena itu kami wajib mengambil bagian dalam kegiatan ini.. bagi kami ini bukan amanah tapi panggilan,” demikian Freddy.

Dalam pembukaan kemarin, Juara Bertahan Copa Florete I, PSN Ngada, berhasil mencukur Perseftim Flores Timur dengan skor telak 6-1. Di partai kedua, Perse Ende versus Persebata Lembata berakhir imbang tanpa gol.

Sementara pada pertandingan sore hari ini, Persena Nagekeo bermain imbang melawan PS Alor dengan skor 1-1 dan pertandingan antara Persami Sikka vs Persim Manggarai berakhir draw tanpa gol. Hans Obor