Jumat, 07 Agustus 2009

Tarian KATAGA Sumba dan Tarian SANDA LELANG Manggarai


Berita Copa - Tarian Kataga seperti yang disaksikan pada acara Pembukaan Copa Florete II pada Sabtu lalu adalah tarian perang asal Sumba. Menurut Jhon Robert Sairo, Ketua Sanggar Ikatan Masyarakat Sumba (IKBS) Jakarta, tarian kataga dipentaskan untuk menyambut kemenangan dalam perang.

Di Sumba, perang terjadi di tempat terbuka yakni di padang dengan menunggang kuda. Kataga artinya melompat (ke punggung kuda). Sementara itu, ibu Elfrida Mali bersama satu rekannya pada bagian tertentu tarian memekikkan suitan panjang yang dikenal sebagai pakalaka. Pakalaka bertujuan untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam perang.

Di Manggarai juga terkenal tarian perang bernama Sanda Lelang. Domi Darus, pemimpin tarian Sanda di pentas pembukaan Copa Florete II Sabtu lalu juga menandaskan tarian Sanda adalah awal untuk mengajak orang berperang.

Sanda Lelang, katanya, masih sangat actual saat ini karena Manggarai belum bebas dari perang tanding antar kampung untuk merebut tanah adat (hak ulayat). Tentu masih segar di ingatan kita kasus perebutan lingko (hak ulayat) di Cancar, kampung Dalo dan perang antara kampung Dimpong dan Nggawut di Manggarai Barat.

“Perang tanding ini menjadi keprihatinkan kami generasi muda asal Manggarai karena praktis orang Manggarai telah meninggalkan budaya Lonto Leok yang menjadi media bagi kearifan local,” ujar Domi.

Lonto Leok adalah media untuk menyelesaikan semua masalah adat, tanah. Lonto artinya duduk, leok artinya bersilah. Jadi lonto leok artinya duduk bersilah.

Dalam lonto leok, jelas Domi, ada kebersamaan dan kesamaan derajat dalam menyelesaikan masalah. Jika gagal maka pihak yang bersengketa akan menempuh pengadilan formal. Dan jika gagal lagi, maka pecahlah perang tanding.

Perang ini diawali dengan tarian sanda lelang, warga satu kampung berbaris menuju satu titik yang menjadi medan perang. Perang ini dilakukan secara fair karena kedua pihak yang berperang menentukan hari ha-nya. Biasanya pihak yang kalah tidak lagi datang ke TKP pada hari berikutnya. Hans Obor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar